Bimmer.ID โ Jika Anda ditanya, siapa orang terkaya di dunia saat ini? Jawaban paling realistis tentu saja Elon Musk dan Jeff Bezos.
Akan tetapi, kekayaan kedua pengusaha itu tidak sebanding dengan kekayaan penguasa Afrika Barat di abad ke-14 yang dijuluki sebagai manusia terkaya sepanjang sejarah.
Menurut Majalah Forbes, kekayaan Elon Musk sebagai pemilik X dan Tesla adalah sebesar US$198 miliar (sekitar Rp3.226 triliun).
Adapun kekayaan Jeff Bezos sebagai pendiri Amazon adalah sekitar US$200 miliar (Rp 3.256 triliun).
Mansa Musa, manusia terkaya sepanjang sejarah
Mansa Musa, atau Mลซsฤ I dari Mali, merupakan mansa (raja) kekaisaran Mali di Afrika Barat yang berkuasa sejak tahun 1307 (atau 1312).
Pada 2012, situs Celebrity Net Worth memperkirakan kekayaan Mansa Musa mencapai US$400 miliar, atau dua kali lipat kekayaan orang terkaya di dunia saat ini yakni Jeff Bezos.
Namun sejarawan ekonomi sepakat bahwa perkiraan kekayaan itu tidak mungkin ditentukan secara pasti. Ini artinya, Mansa Musa bisa jadi lebih kaya dari itu.
Saking kayanya, sumbangan Mansa Musa yang besar bisa menghancurkan perekonomian seluruh negara.
โCatatan kontemporer tentang kekayaan Musa sangat menakjubkan sehingga hampir mustahil untuk mengetahui betapa kaya dan berkuasanya dia sebenarnya,โ kata Rudolph Butch Ware, profesor sejarah di Universitas California, kepada BBC.
Sumber kekayaan Mansa Musa
Mansa Musa lahir di tahun 1280 dari keluarga penguasa. Saudaranya, Mansa Abu-Bakr, memerintah kekaisaran hingga tahun 1312, ketika ia turun tahta untuk melakukan ekspedisi.
Di bawah pemerintahannya, kerajaan Mali berkembang secara signifikan. Dia mencaplok 24 kota, termasuk Timbuktu.
Kerajaan ini terbentang sekitar 3.218 km, dari Samudera Atlantik sampai ke Niger modern, meliputi wilayah yang sekarang disebut Senegal, Mauritania, Mali, Burkina Faso, Niger, Gambia, Guinea-Bissau, Guinea dan Pantai Gading. Luas daratan itu memiliki sumber daya yang besar seperti emas dan garam.
Menurut British Museum, pada masa pemerintahan Mansa Musa, kekaisaran Mali menyumbang hampir setengah dari emas dunia pada masa dulu dan semua emas itu adalah milik raja.
โSebagai penguasa, Mansa Musa memiliki akses hampir tak terbatas ke sumber kekayaan paling berharga di dunia abad pertengahan,โ ucap Kathleen Bickford Berzock, pakar seni Afrika di Block Museum of Art di Northwestern University.
โPusat perdagangan besar yang memperdagangkan emas dan barang lainnya juga berada di wilayahnya, dan dia memperoleh
Saksi Kekayaan Mansa Musa
Kekayaan Mansa Musa kala itu juga disaksikan langsung oleh penduduk sekitar Kota Makkah pada tahun ke-17 masa pemerintahannya (1324).
Kala itu ia memulai perjalanannya menunaikan ibadah haji dengan melakukan perjalanan dari ibu kota Niani di hulu Sungai Niger ke Walata (Oualรขta, Mauritania) dan ke Tuat (sekarang di Aljazair) sebelum menuju Kairo.
Mansa Mลซsฤ didampingi oleh rombongan yang terdiri dari 60.000 orang, termasuk rombongan pribadi. Dari 12.000 orang yang diperbudak, semuanya mengenakan brokat dan sutra Persia.
Raja Musa sendiri menunggang kuda dan didahului langsung oleh 500 orang budak, yang masing-masing membawa tongkat berhiaskan emas.
Selain itu, Mansa Mลซsฤ memiliki kereta bagasi yang terdiri dari 80 ekor unta, masing-masing membawa 160 kg emas.
Dalam perjalanannya, Mansa Musa sangat boros membagikan emas. Selama tiga bulan di Kairo ia membagikan emas sehingga menghancurkan perekonomian dan menyebabkan harga emas anjlok di wilayah tersebut hingga 10 tahun.
Pakar memperkirakan, akibat depresiasi emas di Kairo, perjalanan Mansa Musa menyebabkan kerugian ekonomi sekitar $1,5 miliar di seluruh Timur Tengah.
Tak berhenti sampai di situ, dalam perjalanan pulang, Mansa Musa kembali melewati Mesir dan menurut beberapa orang, ia mencoba membantu perekonomian negara dengan mengeluarkan sebagian emas dari peredaran.
Selain sangat dermawan, Mansa Musa juga dikenal sebagai tokoh yang mendorong seni dan arsitektur. Bahkan ia juga mendanai sastra dan membangun sekolah, perpustakaan, dan masjid.
Peninggalannya adalah Timbuktu, yang menjadi pusat pendidikan dan orang-orang melakukan perjalanan dari seluruh dunia untuk belajar di Universitas Sankore. (Aldion/BBC)