Bimmer.ID — CEO BMW, Oliver Zipse, mengatakan jika harga kendaraan listrik (EV) yang dipasarkan tidak akan murah.
Itu karena jumlah produksi EV hingga saat ini masih sangat sedikit, kalah oleh kendaraan berbahan bakar fosil.
Diketahui BMW saat ini telah menghentikan produksi mobil full elektrik i3 pada pertengahan tahun 2022. Dan kini pabrikan asal Jerman itu belum merilis penerus EV entry-level tersebut.
Sementara EV konsep BMW i Vision Circular saat ini tidak diperkenalkan sebagai penerus i3, melainkan untuk memberikan gambaran bagaimana materialnya dapat didaur ulang, alias terbarukan.
Peningkatan produksi
Sebagai contoh, BMW enggan menjual EV crossover di Amerika Serikat, karena sedan i4 eDrive35 termurah yang dipasarkan di sana saja memiliki harga dasar US$51.400 atau Rp766 juta.
Dan dalam wawancaranya kepada CNBC di pameran CES Las Vegas, Zipse blak-blakan menyebut bahwa kendaraan listrik mereka tidak akan dibanderol dengan harga murah.
Zipse menyebut harga EV BMW akan turun jika mereka mampu meningkatkan produksi. Peluncuran i5 di akhir tahun ini, dan iX2 di tahun 2024 bakal menjadi lompatan penting bagi platform Neue Klasse (Kelas Baru) BMW pada 2025.
Platform baru ini akan diperingati dengan peluncuran i3 sedan dan iX3 generasi terbaru. Dan juga, selain memproduksi mobil di pabrik Debrecen dan Munich, BMW telah mengucurkan dana sebesar US$1 miliar (Rp14 triliun) di pabrik mereka di Spartanburg, AS, untuk membuat sedikitnya enam jenis SUV listrik pada tahun 2030.
Pabrik yang berlokasi di South Carolina itu juga sepertinya hanya membuat mobil kelas atas, karena pabrik itu tidak merakit X1 dan X2 yang berbahan bakar fosil.
Produksi EV masih rendah
EV murah BMW sepertinya akan diproduksi di pabrik lain. Namun gosipnya, BMW i1 hatchback bakal diproduksi di Jerman mulai akhir tahun 2027.
Di akhir dekade ini, BMW memproyeksikan setengah dari seluruh penjualan tahunannya adalah EV.
Sementara ini, di tahun 2022 EV BMW baru mencapai 10 persen dari total keseluruhan produksinya. (Aldion/BMW Blog).