Bimmer.ID — Uni Eropa berencana mengeluarkan pelarangan produksi kendaraan mesin bensin dan solar di seantero Eropa mulai 2035 mendatang.
Namun, langkah itu menuai kritik dari seluruh produsen kendaraan di Benua Biru tersebut, termasuk BMW.
CEO BMW, Oliver Zipse, menjadi salah satu penentang kebijakan itu. Menurut pria berusia 60 tahun tersebut, pelarangan kendaraan dengan mesin pembakaran dalam (ICE), baik itu bensin maupun solar, di Eropa sangat tidak masuk akal.
Zipse juga menyebut jika kebijakan itu sangat mengekang industri mobil Eropa, yang saat ini sedang menghadapi kompetisi berat dari produsen kendaraan listrik buatan China.
“(Kebijakan itu) sudah tidak realistis serta dapat mengancam inti dari industri otomotif Eropa,” kata Zipse.
“Dengan asumsi saat ini, larangan itu menyebabkan penyusutan besar-besaran pada industri secara keseluruhanโ.
Produsen otomotif Eropa kini berkumpul di ajang Paris Motor Show 2024 guna mempertahankan pasar lokal dari serbuan kendaraan China.
View this post on Instagram
Merek mobil buatan China saat ini menguasai seperlima pasar mobil Eropa. Angka tersebut melonjak 50% jika dibandingkan tahun 2022 lalu.
Menurut Kepala eksekutif Fiat, pemilik Citroรซn, Vauxhall, dan Stellantis, tarif yang diusulkan pada mobil Tiongkok akan mempercepat penutupan pabrik di Eropa.
Karena hal tersebut akan mendorong Beijing untuk memindahkan pabrik manufaktur mereka ke Benua Biru guna bersaing langsung dengan merek-merek Eropa.
Di Paris Motor Show 2024 kali ini, BMW sebagai salah satu tulang punggung industri otomotif Jerman, memajang 15 unit mobil listrik.
โKoreksi terhadap target 100% BEV (kendaraan listrik baterai) pada tahun 2035 sebagai bagian dari paket pengurangan CO2 yang komprehensif juga akan membuat produsen peralatan asli Eropa mengurangi ketergantungan pada China untuk baterai,โ ujar Zipse, mengacu pada posisi dominan ‘Negeri Tirai Bambu’.
BMW, VW, Renault, dan pemerintah Italia mengritik kebijakan pelarangan kendaraan dengan mesin bensin di Eropa oleh Uni Eropa. Mereka mengatakan sebaiknya target pengurangan CO2 itu ditunda atau dilonggarkan. (Aldion/The Guardian)